Menggapai Puncak Sejati Raung
Mau Tau Gimana Puncak Sejati Raung Tahun 2009-an? Ini Ceritanya…
Petualangan hari pertama (Rabu, 4 Maret 2009)
Setelah packing ulang dan sarapan pagi buatan Ibu Suto, kami pun berpamitan untuk memulai mendaki Gunung Raung. Untuk mengirit biaya kami hanya menggunakan 3 ojek motor untuk membawa 5 carrier + 1 orang anggota team. Memang untuk sampai ke Pos I/Pondok Pak Sunarya (916 MDPL) Perjalanan bisa ditempuh dengan ojek motor dari rumah Pak Suto dengan harga Rp 25.000/motor. Tapi kami memilih yang naik ojek carriernya saja, hehehe…
Pukul 11.45 WIB Team mulai bergerak, melewati jalan aspal perkampungan, nampak spanduk TWKM PATAGA masih terpasang rapi di Balai Desa, tak lama kemudian kami pun menjumpai Wana Wisata Air Terjun Tirto Kemanten. Setelah itu, Perjalanan dilanjutkan melewati jalan tanah yang dikanan-kirinya bukit-bukit yang telah berubah menjadi perkebunan kopi dan alpukat. Setelah melewati jembatan Dam atau bendungan, jalan tanah mulai menanjak. Pukul 12.35 WIB kami tiba di Pos I/Pondok Pak Sunarya (916 MDPL).
Pos ini merupakan sumber mata air terakhir. Di depan pondokan terdapat plang arah panah menunjukkan jalur menuju sungai. Setelah mengisi air 12 liter/orang dan makan siang dengan menu roti tawar + keju + sosis kami pun memulai pergerakan menuju target Camp yaitu Camp Cemara (1.777 mdpl). Beban yang kami bawa diluar air rata-rata 25 kg/orang ditambah air 12 liter/orang, bisa dibayangkan jumlah beban yang harus dibawa perorang memang menyimpang jauh dari batas ideal 1/3 berat badan kami masing-masing.
Selepas Pos I jalur cukup landai diawali dengan menelusuri sisa areal perkebunan kopi dan dilanjutkan dengan memasuki hutan yang di beberapa tempat telah ditebangi baik untuk diambil kayunya maupun akan dibuka untuk dijadikan lahan perkebunan, disini jalur agak membingungkan karena tidak terdapat string line (mungkin dahulunya ada kemudian hilang karena adanya penebangan-penebangan pohon).
Hujan pun turun dengan deras. Beban yang berat bertambah berat, ditambah puluhan pacet yang bergelayutan pesta pora disekujur badan, dari kaki, tangan, perut sampai leher. Tidak ada yang terbebas dari emutan pacet dan gigitan agas hutan itu.
Stamina team kami turun drastis yang memang kurang beristirahat semenjak dari Jakarta. Pukul 16.54 WIB Team memutuskan untuk membuka “lapak” yang ada di samping jalur. Kami sebut sebagai “Lapak Lebay (1.150 MDPL)”.
Malam ini kurang bersahabat, hujan dan angin terus menderu sampai pagi. Disela-sela evaluasi dan briefing, kami menghitung penghasilan pacet hari ini, rata-rata mendapatkan 15-20 ekor. Lumayan lah…
Petualangan hari kedua (Kamis, 5 Maret 2009)
Pukul 05.57 WIB korlap hari ini sudah mempersiapkan menu makan pagi (nasi, sayur sosis, empal sapi). Diluar tenda, hujan masih saja mengguyur bumi. Waduh jadi males nih…
Setelah hujan reda kami pun segera packing. Pukul 12.10 WIB kami segera melanjutkan pergerakan masih dengan target yang sama Camp Cemara (1.777 MDPL). Jalan tertutup rapat oleh semak dan duri sehingga harus menggunakan “tramontina” untuk membuka jalur, cukup membuat pergerakan menjadi lambat.
Pukul 13.38 WIB hujan pun kembali turun, cukup deras. Flysheet segera dibentangkan, Coffe Break diketinggian 1.400 mdpl dengan menu roti, keju, sauce kacang merah. Nikmat…
Pukul 15.00 WIB kembali melanjutkan pergerakan masih dengan medan yang sama menembus duri rotan. Semua cover carrier hancur lebur terkoyak-koyak keganasan duri rotan tersebut. Pukul 16.45 WIB team memutuskan mebuka “lapak” diketinggian 1.429 MDPL. Kami sebut sebagai “Lapak Hiperbol”.
Seperti hari kemarin hujan turun sampai pagi walaupun sempat berhenti beberapa jam. Penghasilan pacet hari ini, rata-rata mendapatkan 5-10 ekor.
Petualangan hari ketiga (Jumat, 6 Maret 2009)
Seperti biasa pukul 05.57 WIB korlap hari ini sudah mempersiapkan menu makan pagi (nasi goreng empal sapi). Target hari ini masih tetap sama Camp Cemara (1.777 MDPL).
Pukul 10.07 WIB Team mulai bergerak, menembus kerapatan alang-alang, duri dan pohon jelatang (penyengat). Pukul 12.15 WIB Coffe Break di lahan terbuka dengan ketinggian 1.600 mdpl dengan menu roti, cereal, coklat. Cuaca saat ini cerah, dikejauhan nampak pemandangan kota-kota.
Pukul 13.40 WIB Team kembali melanjutkan pergerakan. Jalan mulai menanjak, duri-duri dan pacet sama sekali tidak berkurang banyaknya. Akhirnya kami memasuki area yang didominasi pohon pinus. Pukul 16.00 WIB kami tiba di Camp Cemara (1.777 MDPL) dan team memutuskan untuk membuat camp.
Malam ini cuaca sangat bersahabat, terang bulan, kerlip bintang di angkasa, nyala api unggun, ditemani lagu Ebiet dan Iwan Fals menambah nikmat rasa kopi hitam yang kami sruput dengan manja. Penghasilan pacet hari ini berkurang, rata-rata hari ini hanya mendapatkan 5 ekor saja.
Petualangan hari keempat (Sabtu, 7 Maret 2009)
Setelah packing dan sarapan pagi kami bergegas melanjutkan pergerakan, tidak tanggung-tanggung target yang harus dikejar adalah “Summit Attack” atau Pos IV/Camp 9 Pataga SBY (3.023 MDPL). Karena dari hasil evaluasi dan briefing semalam apabila hari ini tidak bisa mencapai Camp 8 – Camp 9 Pataga SBY, maka diputuskan team akan kembali turun ke dusun Wonorejo.
Pukul 08.00 WIB start pergerakan meninggalkan Camp Cemara (1.777 MDPL). Selepas Camp Cemara kondisi jalur cukup berat, nyaris tanpa bonus namun beban di carrier telah berkurang membuat pergerakan agak lebih cepat. Hujan kembali turun dengan deras tapi tidak menyurutkan perjuangan kami untuk mencapai “Sejati”.
Pukul 11.50 WIB kami makan siang diketinggian 2.150 MDPL. Segera flysheet kami bentangkan untuk menahan sekaligus menampung air hujan. Setelah makan siang pergerakan pun dilanjutkan, motivasi untuk mencapai Puncak Sejati membuat kami seolah tak kenal lelah untuk mencapai “Summit Attack” pada hari ini.
Pukul 16.40 WIB kamipun tiba di Camp 8 Pataga SBY (2.675 MDPL). Perasaan haru menyelimuti kami, walaupun medan yang berat di tambah hujan yang mengguyur ternyata tidak membuat kami hilang semangat untuk menggapai Puncak Sejati. Segera kami mendirikan tenda dan memasak menu makan malam, evaluasi dan briefing pun segera digelar untuk menghemat waktu istirahat kami. Penghasilan pacet hari ini lebih sedikit dari biasanya, rata-rata cuma mendapatkan 2 ekor.
Petualangan hari kelima (Minggu, 8 Maret 2009)
Pukul 05.00 WIB korlap hari ini telah menyiapkan menu makan khusus untuk muncak sekaligus mengecek peralatan panjat yang harus dibawa untuk perorangan dan kelompok.
Pukul 06.00 WIB kami pun memulai pergerakan dengan membawa peralatan yang telah dipersiapkan semalam, sebagian barang bawaan ditinggal didalam tenda di Camp 8. Harness, cowstail, figure of eight, jummar telah terpasang rapi dibadan. Medan yang dilalui cukup menanjak, jalur terbuka jelas. Pukul 08.56 WIB kami tiba di Puncak Palsu Kalibaru (3.159 MDPL).
Kabut menyelimuti, angin meraung-raung…
Segera kami mengikatkan kernmantel ke harness yang kami pakai, “moving together” berjalan di tebing-tebing terjal yang dikanan-kirinya jurang menganga.
Selepas Puncak Palsu jalur menyusur turun punggungan sempit. Bagian yang sulit mulai terasa ketika mulai mendaki ke Puncak 17, karena harus melalui 2 tebing yang terjal. Satu persatu kami mulai memanjat, gerimis pun mulai turun, sejenak kami berdoa semoga diberikan kekuatan dan kemudahan mencapai “Puncak Sejati”.
Menaiki kubah Puncak 17 dengan kondisi bebatuan dan pasir yang rapuh dan mudah ambrol, sementara di bawah menanti jurang yang puluhan meter dalamnya.
Begitu leader telah memasang pengaman di Puncak 17, anggota team yang lain menyusul menggunakan jummar sebagai alat bantu yang sekaligus mengamankan tubuh mereka hingga tiba di atas.
Saat menuruni Puncak 17, dekat dengan ujung Curah Malang (ini sebutan penduduk setempat untuk jurang yang dalam) bergantian kami rappelling, dan berpindah ke punggungan berikutnya untuk mencapai trek terakhir menuju Puncak Sejati.
Didepan nampak berdiri kokoh barisan batu besar yang disebut sebagai Puncak Tusuk Gigi. Jika dilihat sekilas dari bawah, tidak nampak adanya jalur untuk mencapai Puncak Tusuk Gigi tersebut, ternyata masih ada stringline TWKM Pataga yang diikatkan ke bebatuan, cukup membantu.
Puncak Sejati Raung
Pukul 16.00 WIB team tiba di Puncak Sejati Raung (3.344 MDPL). Segera kami sujud syukur, saling berjabat tangan merayakan kesuksesan ini. Sore ini cuaca cerah bersahabat, dari sini pemandangan nampak begitu indah. Gunung Argopuro.. Mahameru.. Agung.. Selat Bali.. begitu jelas terlihat.
Namun sayang Handy Cam yang kami bawa tidak bisa berfungsi, jadi kami mengabadikan moment ini hanya dengan Camera Digital saja. Menyebalkan…
Setelah mengambil beberapa gambar kamipun bergerak turun, bekejaran dengan datangnya gelap. Doa kembali dipanjatkan semoga diberikan kemudahan dan kekuatan.
Pukul 18.10 WIB kami tiba di area kubah Puncak 17. Gelap pun datang, segera kami kenakan headlamp yang kami bawa, lalu tetap bergerak turun. Angin terus menderu-deru membuat tubuh kami bergoyang-goyang, raincoat dan jaket yang kami pakai tidak cukup ampuh untuk melawan dingin, tubuh kami menggigil bergetaran.
Malam itu angin begitu keras berhembus, suara raungannya.. dinginnya.. menelan habis tubuh-tubuh kami yang berjalan terseok-seok dibibir kawah selepas menapaki Puncak Sejati Raung. Kabut perlahan pergi, bulan purnama.. bintang-bintang.. menampakkan keindahannya. Dikejauhan nampak kerlap-kerlip lampu.. suasana kota dan pancaran cahaya lampu kapal laut yang tengah bersandar di pelabuhan..
Menuruni Puncak 17 jalurnya paling sulit apalagi di tebing yang dari puncak, kami lalui dengan rappeling, sehingga memakan waktu yang cukup lama, sementara itu dingin terasa sangat menusuk tulang dan angin yang meraung-raung menebarkan banyak pasir sehingga mengganggu pandangan.
Akhirnya kami berhasil juga menuruni Puncak 17 dengan selamat. Namun, beku ddidalam kegelapan tak bisa dihindarkan. Didepan masih ada satu tebing lagi, yang ini pun dapat kami lalui dengan baik. Akhirnya baru sekitar pukul 21:00 kami berhasil mencapai Puncak Palsu Kalibaru tanpa kekurangan sesuatu apapun. Bendera jalur yang kami tancapkan disepanjang jalur pendakian ternyata amat berguna sebagai penanda. Lebih-lebih pada saat gelap dan berkabut seperti saat ini.
Pukul 21.45 WIB kami tiba di Pos IV Pataga SBY (3.023 MDPL), dan perjalanan pun kami lanjutkan kembali hingga Camp 8 Pataga SBY (2.675 MDPL).
Petualangan hari keenam (Senin, 9 Maret 2009)
Karena lelah kejar target ke Puncak Sejati tidur kami semalam nyenyak sekali.
Pukul 13.15 WIB cuaca begitu hangat, setelah packing dan makan pagi dilanjut makan siang. Bergegas kami melanjutkan pergerakan turun dengan target rumah Pak Suto.
Sempat “mablang” salah jalur, tapi akhirnya berhasil menemukan jalur utama. Pukul 21.30 WIB kami tiba di Camp 2 Pataga SBY (1.431 MDPL). Terjadi sedikit accident ketika hendak tiba di Camp 2 ini, leader pergerakan “nyusruk” kejurang, untunglah (“untung”) masih tersangkut di batang pohon. Segera salah seorang anggota team meluncur kebawah menggunakan webbing.
Karena lelah team memutuskan untuk membuka camp di Camp 2 Pataga SBY ini.
Petualangan hari ketujuh (Selasa, 10 Maret 2009)
Pukul 08.15 WIB Setelah sarapan pagi dan packing kami melanjutkan pergerakan turun. Pukul 10.00 WIB tiba di Pos I/Pondok Pak Sunarya (916 MDPL).
Turun ke sungai untuk bersih-bersih sambil menunggu Mas Hasan & friends Para “Ojekker” WMC (Wonorejo Mokso Club). Hahaha..
Pukul 15.00 WIB Tiba di rumah Pak Suto yang sedang sibuk mencari contact person anak-anak Pataga SBY untuk jaga-jaga mengevakuasi team kami apabila belum sampai juga pada hari ini.
Raung.. Mau kok balik lagi..
Tapi Boong..
Sebuah Catatan Perjalanan
Menggapai Puncak Sejati Raung Via Kalibaru
Tahun 2009
Story by : Mang Ucuy